Cara menjadi Pengusaha yang Jujur dan Islami.
Dalam artikel
ini yang penulis tekankan adalah bukan cara memulai sebuah usaha tertentu tetapi
adalah step sebelum menjadi seorang pengusaha. Bukan juga bisnis apa yang bagus
untuk dimulai, karena dalam islam usaha apa saja asalkan halal pasti akan
mendatangkan berkah karena rezeki setiap umatnya sudah dijamin oleh Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Pengusaha adalah sebuah panggilan jiwa, bahkan disebut
profesi. Pengusaha yang baik merupakan hal yang sangat mulia karena memberi
manfaat kepada banyak orang, tentu bidang usaha yang dimaksud adalah usaha yang
baik dan Halal di mata Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bahkan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam mengatakan berdagang
adalh sebuah perkerjaan yang mulia, bahkan Rasulullah dan beberapa sahabat
merupakan pengusaha/pedagang professional dan dikatakan sukses. Namun,
Rasulullah juga mengingatkan agar kita menjadi pedagang/pengusaha yang tidak melupakan
atau meninggalkan sholat dan dzikrullah, karena nabi pernah memperingatkan
bahwa pasar adalah tempat yang dibenci Allah tetapi bukan pasarnya, melainkan
perilaku manusia yang sibuk dengan dagangannya hingga lupa mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
adanya kecurangan, penipuan, riba dan berbagai kejahatan juga terjadi di pasar.
Semoga artikel ini membantu teman-teman semua menjadi pengusaha yang menjunjung
tinggi kejujuran, memperhatikan norma dan hokum dalam berdagang, dan semoga
juga bermanfaat bagi teman-teman yang menggeluti dunia usaha selain berdagang
atau pengusaha saja.
Belajar Agama sebelum Berdagang
![]() |
sumber : http://ngajarjiwo.blogspot.co.id/ |
Dunia -sebagaimana namanya- adalah sesuatu yang hina dan
kecil dihadapan Allah Subhannahu wa Ta’ala, sebagaimana disabdakan Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam,
Artinya, “Dunia ini terlaknat, terlaknat juga apa yang ada di dalam-nya, kecuali dzikrullah dan segala yang mendukungnya, serta orang yang belajar ilmu dan mengajarkannya.” (HR. At Tirmidzi dan berkata, “Hadits Hasan Shahih”).
Artinya, “Dunia ini terlaknat, terlaknat juga apa yang ada di dalam-nya, kecuali dzikrullah dan segala yang mendukungnya, serta orang yang belajar ilmu dan mengajarkannya.” (HR. At Tirmidzi dan berkata, “Hadits Hasan Shahih”).
Ada baiknya kita
belajar agama baik dari segi umum hingga terkhusus untuk menjadi pengusaha,
sahabat nabi Umar bin Khatthab
Radhiallaahu anhu mengatakan, “Siapa yang tidak faham masalah agama janganlah sekali-kali berdagang di
pasar kami.” Nah, bagi teman-teman semua sebelum berusaha wajib belajar dulu mempelajari fikih perdagangan dan
muamalah. Sebab tidak diragukan lagi, bahwa orang yang tidak belajar masalah
tersebut kemudian terjun ke dunia dagang dan bisnis, maka sangat mungkin bahkan
kemungkina besar akan terjerumus ke dalam keharaman.
Niat Sebelum Berbisnis
Perhatikan
dalam niat kita berbisnis untuk mengejar dunia semata atau dalam rangka
beribadah kepada Allah dalam artian mencari nafkah untuk diri sendiri dan
keluarga atau untuk menciptakan lapangan pekerjaan untuk membantu banyak orang
dan lain-lain. Mencurahkan
perhatian secara total dan sepenuhnya untuk dunia adalah kesalahan yang fatal.
Seorang mukmin janganlah berbangga-bangga dengan dunia yang diperoleh dan
jangan berduka tatkala kehilangannya. Dunia,
sebagaimana diberitahukan oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam adalah penjara
bagi orang mukmin dan sorganya orang kafir. Jadi pastikan dulu niat kita semata
hanya untuk beribadah kepada Allah.
Kiat Muslim dalam Berdagang
Diambil dari “Risalah
‘Ajilah ilat Taajir al-Muslim” Khalid Abu Shalih. (Abu Ahmad
Taja)
Jujur
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam telah bersabda yang artinya, “Pedagang yang jujur dan terpercaya bersama para nabi,
shiddiqin dan syuhada.” (HR. At-Tirmidzi, beliau
mengatakakan,”Hadits hasan”).
Di dalam hadits lain juga disebutkan, yang
artinya : “Dua orang yang berjual beli memiliki khiyar (hak pilih)
sebelum keduanya berpisah, jika mereka berdua jujur, maka jual belinya
mendapatkan berkah. Dan jika keduanya menyembunyikan cacat serta bedusta, maka
hilanglah keberkahannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Toleran dan Mempermudah Urusan
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersbada, Artinya, “Semoga Allah merahmati seorang hamba yang toleran
apabila menjual, toleran jika membeli dan toleran dalam tuntutan.” (HR
al Bukhari)
Jangan Menipu
Masyarakat Islami ditegakkan di atas amanah, sistem yang bersih, nasehat
menasehati dan meninggalkan segala bentuk penipuan dan kecurangan. Menipu dapat
melenyapkan berkah, mendatangkan murka dan siksa Allah Ta’ala serta
menjerumuskan ke dalam api neraka. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam telah
bersabda, Artinya, “Barang siapa yang
menipu, maka bukan termasuk golongan kami.” (HR Muslim).
Beliau juga menegaskan di dalam hadits lain yang
artinya, “Barang siapa yang menipu, maka bukanlah termasuk golongan kami, makar
dan tipudaya adalah di neraka.”
Jangan Curang dalam Takaran dan Timbangan
Sebagaimana diperingatkan oleh Allah Subhannahu wa Ta’ala dalam firman Nya,
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, ((yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apa-bila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi”. (QS. 83:1-3)
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, ((yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apa-bila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi”. (QS. 83:1-3)
Ibnu Abbas meriwayatkan, “Bahwa tatkala Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam tiba di Madinah, ternyata banyak penduduknya yang curang
di dalam takaran. Kemudian Allah menurunkan surat al Muthaffifin, maka akhirnya
mereka membaguskan takaran setelah turun ayat itu.” (HR Ibnu Majah dan Ibnu
Hibban, dihasankan al Albani)
Tidak Menimbun Barang
Trik seperti ini sering dilakukan oleh para pedagang, apalagi pedagang dimasa
ini yang rata-rata tidak tahu hukum dan aturan. Dengan menimbun barang
dagangan, mereka ingin agar harga menjadi tinggi, karena jika permintaan banyak
sedangkan barang yang beredar sedikit, maka harga dapat dimainkan sekehendak
penjual.
Ini adalah model perdagangan yang licik, dan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam telah bersabda, “Barang siapa yang menimbun barang, maka dia telah berdosa.” (HR. Muslim)
Jangan Bersumpah Palsu
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam telah memperingatkan kita dari hal ini melaui
sabdanya, Artinya, “Sumpah yang buruk
(dusta) melenyapkan barang perdagangan dan menghalangi berkah penghasilan.”(Muttafaq
‘alaih)
Jauhi Riba
Sebagaimana telah diperingatkan oleh Allah melalui firman Nya, “Hai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut), jika
kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (QS. 2:278-279)
Peringatan Untuk Kita
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda
kepada Ka’ab bin ‘Ujrah, artinya, “Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah! Sesungguhnya tidak
akan masuk surga daging yang tumbuh dari barang yang haram (suht).”
Ibnu Abbas Radhiallaahu anhum pernah mengatakan,
“Mencari penghasilan yang halal lebih berat daripada memindahkan satu gunung ke
gunung yang lain.”
Yunus bin Ubaid berkata, “Aku tidak mengetahui
sesuatu yang paling langka daripada dirham halal yang diinfakkan.”
Ini dikatakan pada Zaman Yunus bin Ubaid, lalu kita akan berbicara apa pada masa ini? Di zaman tatkala sistim kapitalisme dan ribawi sudah merajalela, pelaku dagang dan bisnis jarang yang tahu fikih dan hukum perdagangan.
Berkata pula Yahya bin Muadz, “Kataatan itu
tersimpan di dalam perbendaharaan Allah Subhannahu wa Ta’ala, kunci-kunci-nya
adalah doa, sedang gigi-giginya adalah suapan yang halal.”
Wallahu a’lam bisshawab.
Wallahu a’lam bisshawab.
Belum ada Komentar untuk "Cara menjadi Pengusaha yang Jujur dan Islami."
Posting Komentar