Jika Anak di Didik dengan Kekerasan
![]() |
“anak yang di didik dengan gaya otoriter akan menjadi rendah
diri,lemah dalam control emosi, bahkan balik melawan ketika beranjak dewasa”
Selama masa pertumbuhan, salah satu bagian yang juga
berkembang adalah emosi anak. Bahkan sebelum anak ini berkembang, lebih dulu
jauh sebelum kecerdasan intelektualnya. Cara ayah dan bunda mendidik sanagt
berpengaruh terhadap perkembangan emosinya.
Di dalam otak anak terdapat prefrontal cortex (PFC) yang
membantu anak mengontrol diri dan emosinya. PFC bekerja dengan membuat anak
berpikir dahulu sebelum bertindak.
Mendidik dengan gaya otoriter, (mendidik dengan paksaan dan
ancaman atau menakut – nakuti) memang seringkali mampu membuat anak menurut
pada perintah ayah bunda dalam waktu singkat. Namun, perlu diingat bahwa anak
pada umur 6-10 tahun, anak – anak sedang membangun rasa percaya dirinya.
Rasa percaya diri ini adalah hasil perkembangan rasa mampu
menangani permasalahan sendiri dan rasa berharga. Gaya pengasuhan otoriter, justru
membuat anak merasa takut atau terancam, sehingga cenderung mengaktifkan otak
reptilnya.
Dalam The Whole New Brain, Daniel J. Siegel mengutarakan
bahwa menggunakan otak reptile membutuhkan banyak energy adan membuat anak mustahil
dapat berpikir jernih dan rasional. Oleh karena itu, anak yang di didik dengan
gaya otoriter cenderung tumbuh menjadi anak yang inferior (rendah diri), atau
sering kali melawan orang tuanya di masa remaja nanti.
Selain itu, memdidik dengan gaya otoriter, dapat menghambar
perkembangan PFC. Aktifnya otak reptile membuat PFC tidak aktif. Itulah mengapa
smendidik anak dengan gaya otoriter hanya akan membuat kemampuan control diri
dan emosi anak melemah.
Tentu sulit mengubah gaya mendidik jika sudah terbiasa
dengan gaya otoriter. Christina M Rodriguez (1997) mengutarakan bahwa gaya
mendidik otoriter ini seringkali timbul karena orangtua stress dan marah.
Untuk bisa menghindar dari perilaku otoriter ini, hal paling
sederhana yang bisa dilakukan adalah menahan diri untuk menghukum anak.
Mengambil napas yang dalam adalah langkah awal yang baik untuk menahan diri.
Beri waktu masing – masing untuk menenangkan diri , dan menghindari perdebatan
terutama bila emosi memuncak, atau nada suara sudah meninggi.
Gaya otoriter memang berakibat buruk pada anak. Namun, bukan
berarti ayah bunda ‘tidak boleh marah’ pada anak. Kita boleh berlaku tegas
terhadap anak, dengan syarat kita sudah swmembuat dan menyepakati aturan dan
konsekuensi yang jelas dengan anak.
Membicarakan kesepakatan yang terlanggar tidak boleh
dilakukan dalam kondisi marah. Adriano Rusfi menyebutnya acting emotional ,
memarahi dan mendisiplinkan anak dalam kondisi tenang.
BELAJAR PARENTING
SUMBER : FACEBOOK FANSPAGE YAYASAN KITA DAN BUAH HATI
Belum ada Komentar untuk "Jika Anak di Didik dengan Kekerasan"
Posting Komentar